TUGAS KE 4
TRANSLASI MATA UANG ASING
1. Perbedaan translasi dan konversi antar mata uang
asing
Translasi mata uang asing adalah
Proses penyajian ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang
lainnya. Sedangkan konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu
mata uang ke mata uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi
hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah necara yang
dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar
AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait
yang terjadi. Sedangkan konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang
terjadi dan ada transaksi terkait yang terjadi.
2. Istilah dalam translasi mata uang asing
1. Konversi, merupakan pertukaran suatu mata
uang ke dalam mata uang lain.
2. Kurs
kini,
merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang keuangan yang relevan.
3. Posisi
aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang diukur dalam atau
berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan dengan menggunakan kurs
kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
4. Kontrak
pertukaran forward,merupakan suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang
dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada
tanggal tertentu di masa depan.
5. Mata
uang fungsional,
merupakan mata uang utama yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang Negara dimana
perusahaan itu berlokasi.
6. Kurs
histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada saat
suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
7. Mata
uang pelaporan,
merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
8. Kurs
spot,
merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
9. Penyesuaian
translasi,
merupakan penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari
mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata
uang asing yang diadaptasi dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
- Atribut, karakteristik kuantitatif
suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi. Contoh, biaya histories
dan biaya penggantian yang merupakan atribut suatu aktiva.
- Konversi, pertukatan suatu mata uang ke
dalam mata uang lain.
- Kurs
kini,
nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang relevan.
- Diskonto, ketika tingkat pertukaran
yang berikutnya lebih rendah daripada tingkat yang berlaku sekarang.
- Posisi
aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam atau berdenominasi
dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini dari
kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing dan
ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
- Mata
uang asing,
suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh suatu Negara, mata
uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan.
- Laporan
keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang
menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
- Transaksi
mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian barang atau
jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat yang
dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
- Translasi
mata uang asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang
berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang
lain dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
- Operasi
luar negri,
suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang (1) dikombinasikan
atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode ekuitas dalam
laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata uang asing
selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
- Kontak
pertukaran forward, suatu perjanjian untuk mempertukarkan mata uang dari
Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs tertentu (kurs forward) pada
tanggal tertentu di masa depan.
- Mata
uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan oleh suatau
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau
menggunakan kasnya.
- Kurs
histories,
kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu aktiva
atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
- Mata
uang local,
mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang pelaporan yang
digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
- Pos-pos
moneter,
kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah unit mata uang
dalam nilai yang tetap di masa depan.
- Mata
uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun
laporan keuangan.
- Tanggal
penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu
piutang tertagih.
- Kurs
spot,
nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
- Tanggal
transaksi,
tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi perusahaan
pelapor.
- Penyesuaian
translasi,
penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan dari mata
uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
- Unit
pengukuran,
mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban, pendapatan dan
beban.
3. Perbedaan keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing
Jika sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut
pandang perusahaan local), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan
tidak perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba
akan mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para
pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus
diperlakukan dari sudut pandang mata uang local sebagai penyesuaian terhadap
ekuitas pemilik.
Jika mata uang pelaporan induk
perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan (
sudut pandang induk perusahaan ), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan
atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan
melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya.
Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas
investasi asing dalam mata uang domestic dan harus diakui.
4. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing
1. Penagguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata uang
domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak direalisasikan
dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang dihasilkan dari
entitas asing. Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah
sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
2. Pengangguhan
dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau kerugian
translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos-pos
neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguha=kandan
diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba
dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan
diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban
bunga.
3. Penangguhan
parsial
Keuntungan dan kerugian translasi
adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi
mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata hanya
karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
4. Tidak
ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian
translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan
keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan
elemen acak ke dalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang
sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.
Keuntungan dan kerugian translasi
ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang
domestic dan harus diakui.
5. Pengaruh Metode translasi mata uang asing terhadap
Laporan Keuangan
Walaupun sebagian besar isu teknis
dalam akuntansi cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan
berlalunya waktu, translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu
pengecualian. Bahwa tren ini akan terus berlanjut didukung oleh
perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya dominasi mata uang dolar,
pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh pemerintah, dan globalisasi
pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan pentingnya pelaporan dan
pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan seperti ini telah berperan
besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif keuangan, akuntan, dan
komunitas keuangan pada pentingnya dan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari
translasi valuta asing. Mari kita lihat hakekat dan perkembangan dari teki-teki
akuntansi intemasional ini.
Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi
ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk
sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini
adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing
tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal
dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan
dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode
kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta
asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini
mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio
keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang
dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya,
yang berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana
secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena
merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena
menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil
operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya
dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan
perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku,
hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing
negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah
aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika
kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah
$1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA
5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya
historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit
pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs
berlaku).
Metode kurs berlaku juga
dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi
oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik
yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan,
merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini
jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri
umumnya didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda
mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3
metode semacam itu akan dibahas berikut ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan
pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain
sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak
di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya
dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan
dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali
beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata
masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh
periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan
dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan
diperoleh.
Metodologi ini, sayangnya, memiliki
sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual.
Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar
tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana
yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-moneter. Seperti
halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi
neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter
diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item
valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai
realisasi atau nilai penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan
temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu,
penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan
untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat
mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya
mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP
AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca.
Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau
dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang
berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis).
Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku
pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah
aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan
nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk
mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item
valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan
kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip
temporal dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur
pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku
pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang
seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan
dengan harga uang tersebut.
Metode translasi dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang menggunakan kurs translasi
tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam mata uang asing ke dalam nilai
ekuivalen dalam mata uang domestic atau metode yang menggunakan berbagai macam
kurs.
1. Metode
Kurs Tunggal
Metode ini sudah lama popular
di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai tukar, yaitu kurs terkini dan kurs
penutupan, untuk seluruh aktiva dan kewajiban lancer. Pendapatan dan beban
dalam mata uang asing umumnya ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai
tukar yang berlaku pada saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk
memudahkan pos-pos ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang
kurs nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah
operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata uang
local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya. Suatu aktiva atau
kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang asing
jika ekuivalen dalam mata uang digunakan untuk mentranslasikan aktiva atau
kewajiban tersebut.
2. Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan
kurs nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
2. Metode
Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non
Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer anak perusahaan luar negeri
ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan induk perusahaannya berdasarkan
kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak lancer ditranslasikan berdasarkan kurs
histories. Pos-pos laporan laba rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi)
ditranslasikan berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan
operasi atau berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode
pelaporan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs historis
yang tercatat saat aktiva tersebut diperolrh. Namun demikian, metode ini tidak
mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk
mentranslasikan aktiva lancer secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai
tukar.
4. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga
menggunakan skema klasifikasi neraca unutk menentukan kurs translasi yang
tepat. Aktiva dan kewajiban moneter ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Pos-pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan
investor ditranslasikan dengan menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba
rugi ditranslasikan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang
dijelaskan untuk konsep kini-non kini.
5. Metode Temporal
Dengan menggunakan metode
temporal, tranlasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau
penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini tidak mengubah atribut suatu pos
yang diukur, melainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo
dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut
tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur
berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang
dinyatakan sebesar jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar
pada saat jatuh temponya.
6. Evaluasi dan pemilihan metode translasi mata uang
asing
Berdasarkan metode temporal, pos-pos
moneter seperti kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini.
Pos-pos moneter ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran
pada awalnya. Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing
sebesar biaya histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa
demikian? Hal ini dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang
ditranslasikan dengan kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories
dalam mata uang domestik.
Keempat metode yang dibahas pada
satu waktu pernah digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari
ini di berbagai Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi
mata uang asing yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs
kini, metode kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam
mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat
dilindungi dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi diterapkan
secara konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
MANA YANG TERBAIK?
KURS KINI YANG TEPAT
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar
yang digunakan dalam metode translasi mengacu pada histories atau kurs kini.
Kurs rata-rata sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban.
Beberapa Negara menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang
berbeda. Dalam situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan adalah:
1. kurs
pembayaran dividen
2. kurs
pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang
dapat digunakan, seperti yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.
7. Hubungan translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan
aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan
menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah
dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang
ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang
juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih
menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar
yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar
negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi
yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan
yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi,
karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian
biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai
solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional
untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi.
Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam
mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs
historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing
terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan
terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan
dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
sumber
: