Data Statistik PDB Tahun-tahun Mutahir Berdasarkan Sektor dan Bandingkan Peran Sektor Pertanian dengan Sektor Lainnya
Data statistik PDB berdasarkan sektor pertanian
Selama periode tahun 2000-2003, rata-rata laju pertumbuhan tahunan PDB sektor pertanian mencapai 1,83 persen, jauh lebih tinggi dibanding periode krisis ekonomi (1998-1999) yang hanya mencapai 0,88 persen, bahkan dibanding periode tahun 1993-1997 (sebelum krisis ekonomi) yang mencapai 1,57 persen. Hingga triwulan III tahun 2004, PDB sektor pertanian tumbuh 3,23 persen terhadap triwulan yang sama tahun 2003. Subsektor tanaman bahan makanan dan perkebunan telah tumbuh lebih tinggi dari sebelum krisis namun subsektor peternakan masih belum sepenuhnya pulih kembali. Setelah melewati fase pertumbuhan rendah, sektor pertanian saat ini tengah berada pada fase percepatan pertumbuhan sebagai masa transisi menuju pertumbuhan berkelanjutan.
Sektor pertanian tumbuh sebesar 4,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 3,4%. Kinerja sektor pertanian masih ditopang oleh subsektor perkebunan dan tanaman bahan makanan. Kinerja sektor pertanian yang membaik terutama disebabkan oleh membaiknya produktivitas subsektor tanaman bahan makanan yang bersumber dari peningkatan produksi pertanian selama tahun 2008 terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Disamping itu, kinerja sektor pertanian tersebut didukung oleh tingginya permintaan ekspor subsektor perkebunan terutama kelapa sawit pada paruh pertama tahun 2008 di Sumatera dan Kalimantan. Pada paruh kedua 2008, pertumbuhan subsektor perkebunan melambat terutama terkait dengan turunnya permintaan ekspor dan menurunnya harga komoditas perkebunan.Nilai Produk Domestik Brutto (PDB) Dari hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar 284,6 Triliun pada tahun 2008 dan 296,4 Ttriliun pada tahun 2009 atau mengalami pertumbuhan sebesar 4,1 persen. Sedangkan Peranan Sektor Pertanian terhadap PDB Indonesia tahun 2009 tumbuh dari 14,5 persen menjadi 15,3 persen sehingga sektor pertanian berada pada ranking kedua yang memiliki kontribusi terhadap PDB setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 26,4 persen.
Salah satu penyebab krisis ekonomi kesalahan industrialisasi yang tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanianbertambah walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur berkurang. Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.
Alasan sektor pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi:
· Sektor pertanian kuat, pangan terjami, tidak ada ada lapar, kondisi sospol stabil
· Sudut Permintaa, Sektor pertanian kuat, pendapatan riil perkapita naik, permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input sektor pertanian
· Sudut Penawaran, permintaan produk pertanian sbg bahan baku oleh industri manufaktur.
· Kelebihan output siktor pertanian digunakan sbg sb investasi sektor industri manufaktur spt industri kecil dipedesaan.
· Kenyataan di Indonesia keterkaitan produksi sektor pertanian dam industri manufaktur sangat lemah dan kedua sektor tersebut sangat bergantung kepada barang impor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi di sektor pertanian
· Infrastruktur
· Sumber daya manusia
· Sosial-Budaya
· Sumber dana
· Ekonomi makro
· Harga
· Persaingan usaha
· Permintaan output
Perbandingan sektor pertanian dengan sektor lainnya .
Indonesia tahun 1997-1999 yakni bahwasanyapembangunan ekonomi yang berorientasi pada pencapaian pertumbuhan tinggimelalui pemacuan investasi berfokus pada sektor industri berbasis eksternal ternyata tidak menghasilkan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, ke depan Indonesia perlu merancang ulang strategi besar (grand strategy) pembangunan ekonominya.Bukti empiris selama krisis menunjukkan bahwa tatkala sektor-sektor lain, khususnya sektor konstruksi dan industri manufaktur, mengalami kontraksi hebat sektor pertanian tetap mampu tumbuh positif. Tatkala sektor-sektor lain melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian justru meningkat tajam. Tatkala sektor ekspor produk non pertanian mengalami penurunan, ekspor produk pertanian justru mengalami peningkatan tajam. Berkaitan hal tersebut, pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berawal dari krisis moneter yaitu penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hasil perhitungan BPS (1999) menunjukkan bahwa krisis ekonomi tersebut telah menyebabkan perekonomian Indonesia tahun 1998 mengalami 2 kontraksi 13,68 persen dibanding tahun 1997. Hampir seluruh sekor ekonomi mengalami kontraksi, kecuali utilities dan sektor pertanian yang masih mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 3,70 dan 0,22 persen (Supriyati dan Syafa’at, 2000). Lebih lanjut Supriyati dan Syafa’at (2000) mengemukakan bahwa total tenaga kerja yang bekerja tahun 1998 mengalami peningkatan relatif kecil (sebesar 622.693 orang) dibanding tahun 1997. Seluruh sektor yang mengalami kontraksi juga mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja dan sektor yang banyak mengalami
penurunan penyerapan tenaga kerja tersebut adalah sektor non pertanian yaitu sebesar 2.943.441 orang, sedangkan pertambahan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian sebesar 566.134 orang. Fakta-fakta tersebut memberikan gambaran bahwa kontribusi langsung sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja masih sangat besar terutama di pedesaan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan tingkat penyerapan tenaga kerja menurut sektor dan perbandingannya dengan sektor-sektor lain dalam perekonomian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar